MATA KULIAH PERILAKU
ORGANISASI
“Motivasi
(Konten Teori)”
Dosen
Pengampu : NURUL HUDA, SE., MM.

Disusun oleh Kelompok : 6
1. Muhammad
Syaifudin (161110002030)
2.
Iyos Sulaimman (151110001709)
3.
Nahrodo Makmur (151110001685)
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’
(UNISNU) JEPARA
2016/2017.
Puji syukur Penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya penulis masih diberi kesempatan
untuk bekerja sama untuk menyelesaikan Makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu dari materi mata kuliah yaitu Perilaku Organisasi yang
berjudul Motivasi (Konten Teori), Tidak lupa
Penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun selaku saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin ya robbal alamin.
Akhir kata, Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini dari
awal sampai akhir penyelesaian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang
membacanya. Maaf jika masih ada banyak kesalahan dalam penulisan. Atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Jepara, 25
Maret 2017
Penulis
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi
karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup dan
terlibat di dalam anggota kemasyarakatan.
Motivasi terbentuk dari adanya
interaksi antara individu dengan situasi yang dihadapi. Motivasi bukanlah
sebuah sifat pribadi namun lebih ke dorongan seseorang untuk bekerja atau
mencapai suatu tujuan. Di dalam suatu organisasi, seorang atasan dituntut untuk
mampu memberikan motivasi bagi bawahannya agar bekerja sesuai dengan tanggung
jawabnya. Motivasi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan individu, dimana
semakin terpenuhi kebutuhan seseorang dalam organisasi, maka semakin
termotivasi seseorang untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.
Organisasi
merupakan sekelompok orang yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari
seluruh unsur organisasi, karena hanya manusia yang memiliki sifat
kedinamisan. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan organisasi dengan baik, maka diperlukan sumber daya untuk
mencapainya. Sumber daya merupakan energi, tenaga dan kekuatan yang diperlukan
untuk menciptakan aktivitas ataupun kegiatan.
Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial,
sumber daya ilmu dan teknologi, serta sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan orang-orang
yang bekerja di dalam suatu organisasi sudah seharusnya mendapat perhatian
supaya perjalanan organisasi tersebut sesuai yang diharapkan. Perhatian yang dimaksud dalam hal ini adalah
motivasi. Motivasi memiliki peran penting dalam membangun kinerja seseorang
lebih maksimal. Setiap orang melakukan
sesuatu tentu ada satu atau beberapa hal yang ingin didapatkan. Meski ada juga
yang melakukan sesuatu tanpa keinginan, ini hanya sebagian kecil. Ada
pengorbanan yang dikeluarkan, ada pula hasil yang ingin dicapai, begitu juga
sebaliknya." Di Organisasi juga berlaku demikian. Mungkin seseorang
yang bergabung dalam sebuah organisasi akan mengorbankan waktunya, tenaganya,
pikirannya, materinya yang dimilikinya, bahkan ada yang mengorbankan nyawanya
untuk sebuah organisasi. Dengan demikian tujuan dalam berorganisasi dapat
tercapai.
Rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah:
1.
Apa Pengertian Motivasi
2.
Apa Aspek aspek Yang Mempengaruhi Motivasi
3.
Model-Model Apa Saja Dalam Motivasi
4.
Bagaimana Teori-Teori Motivasi
1.
Untuk mengetahui pengertian Motivasi
2.
Mengetahui model dan teori dalam motivasi
3.
Sebagai Pelengkap Tugas Perilaku
Organisasi.
4.
Alat Pembelajaran Bagi
Mahasisiwa Tentang Motivasi Dalam Organisasi.
5.
Untuk Mengenali Bagaimana Motivasi
Dalam Organisasi.
· Motivasi menurut para ahli dalam
mendefinisikan motivasi adalah sebagai berikut :
1. stephen p. robbins (2006:214) mendefinisikan motivasi
sebagai proses yang menghasilkan intensitas, arah dan ketekunan individual usaha
untuk mencapai suatu tujuan.
2.
Veithzal Rivai (2005;455), mengatakan bahwa pengertian motivasi kerja adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu”.
3. Robert
Kreitner dan Angelo Kinicki (2001:205) dalam Wibowo (2013:378) menyatakan bahwa: Motivasi
merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada
pencapaian tujuan atau goal-directed behavior.
4. Fred Lusthans (2006:270) Secara teknis istilah motivasi berasal dari kata latin movere
yang berarti bergerak motivasi adalah proses yang dimulai dengan defiensi
fisiologis atau psikologis yang mengerakkan perilaku atau dorongan yang
ditujukan untuk tujuan atau insentif.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi
merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan
usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja
dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Veithzal Rivai
(2005:456), mengatakan bahwa aspek-aspek yang memperngaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
1.
Rasa aman dalam bekerja.
2.
Mendapatkan gaji yang adil dan
kompetitif.
3.
Lingkungan kerja yang menyenangkan.
4.
Penghargaan atas prestasi kerja dan
perlakuan yang adi dari manajemen.
Dengan
melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan
menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan
standar keberhasilan, output yang diharapkan, serta bangga terhadap pekerjaan
dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan. Ketiga aspek diatas digunakan penulis dalam melakukan
penelitian sebagai indikator dari motivasi kerja karyawan (variabel y).
Veithzal
Rivai (2005;470), mengatakan bahwa model-model motivasi adalah sebagai berikut
:
1.
Model Tradisional
Model
tradisional ini digunakan untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar
melakukan tugas mereka dengan berhasil, para menajer menggunakan sistem upah
insentif, semakin banyak mererka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang
sempurna, semakin bersar penghasilan mereka.
2.
Model Hubungan Manusiawi
Model
hubungan manusiawi yaitu para manajer dianjurkan untuk bisa memotivasi para
karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka
merasa penting dan berguna, sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Para
karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan
untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaannya.
3.
Model Sumber Daya Manusia
Model
Sumber Daya Manusia yaitu karyawan mempunyai motivasi yang sangat beraneka
ragam, bukan hanya motivasi karena uang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi
juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Tugas
manajer dalam model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang
saja tetapi juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai
tujuan organisasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai
dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing.
Veithzal Rivai
(2005:458), mengatakan bahwa terdapat beberapa teori motivasi adalah sebagai
berikut :
1.
Hierarki
Kebutuhan Maslow
Veithzal Rivai
(2005:458), mengatakan bahwa terdapat beberapa teori motivasi adalah sebagai berikut :
Abraham
Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdaat hierarki
dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
a.
Pssiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung,
seksual, dan kebutuhan fisik lainnya,
b.
Rasa aman: Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya
fisik dan emosional.
c.
Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan,
penerimaan, dan persahabatan.
d.
Penghargaan: Meliputi faktor-faktor penghargaan
internal seperti rasa hormat diri, otonomi, dan pencapaian, dan faktor-faktor
penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
e.
Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang
sesuai kecakapannya; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan
pemenuhan diri sendiri.
Maslow memisahkan lima
kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan
fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-order
needs); kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan
tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan
tersebut didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi
secara internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah
secara dominan dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja,
kontrak serikat kerja, dan masa jabatan).
dibawah ini dapat diuraikan sebagai
berikut
a.
Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis
bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti
makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks.
Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan
kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
b.
Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan (Safety)
Sesudah kebutuhan keamanan
terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi,
struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas.
Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan
kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang
keamanan
adalah pertahanan hidup jangka
panjang.
c.
Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging
dan Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari
keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari
kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau
kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency
atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena
kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya,
seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak
sendirian. Misalnya: hubungan pacaran, hidup bersama atau pernikahan yang
membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang
mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi.
B-Love didasarkan pada penilaian
mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan
orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama
bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan
dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
d.
Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self
Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan
mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti
motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
·
Menghargai diri sendiri (self respect) :
kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri,
kemandirian, dan kebebasan.
·
Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from
other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status,
ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi.
Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai
dengan baik oleh orang lain.
2.
ERG alderfer Theory (Existence, Relatedness, Growth
Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer, yang sebetulnya tidak jauh berbeda
dengan teori dari Abraham Maslow. Teori ini mengemukakan bahwa ada tiga kelompok
kebutuhan manusia, yaitu:
a)
Existence
Needs (Kebutuhan Keadaan) adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai
dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman serta hygienefactors dari Herzberg.
b)
RelatednessNeeds(Kebutuhan
Berhubungan), mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslowdanhygiene factors
dari Herzberg.
c)
Growth
Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk
memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau
lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari
Maslow dan motivation factors dari Herzberg.
3.
Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan
seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu
terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan.
(Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator
intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan
faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi
:
1 Pada tahun
1959 seorang ilmuan perilaku (frederick herzbergs) mengemukakan teori
dua faktor. menurut herzbergs ada faktor-faktor pekerjaan yang menghasilkan
kepuasan dan ada faktor-faktor lain yang menjegah ketidak puasan. Menurut herzbergs
kebalikan dari kepuasan adalah tidak ada kepuasan dan
kebalikan dari ketidak puasan adalah tidak ada ketidak puasan.
Ø
Faktor kebersihan (higiene faktor), adalah
faktor pekerjaan mereka yang penting adanya motivasi ditempat kerja. Ini tidak
mengarah positif untuk jangka panjang. Tetapi jika faktor ini tidak ada
ditempat kerja mereka, maka menyebabkan ketidak puasan bagi pekerja. Dengan
kata lain faktor kebersihan adalah faktor-faktor yang wajar dalam pekerjaan,
menenangkan karyawan dan tidak membuat mereka puas. Faktor higiene juga disebut
sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan seperti yang diperlukan untuk
menghindari ketidak puasan. Faktor-faktor ini menggambarkan lingkungan kerja.
Faktor kebersihan melambangkan kebutuhan fisiologis dimana yang diinginkan
individu dan yang diharapkan individu terpenuhi.
v faktor
higienis meliputi :
a.
Bayaran atau struktur gaji harus sesuai dan masuk
akal. Ini harus sama dan kompetitif dengan industri yang sama di domain yang
sama.
b.
Kebijakan perusahaan dan administrasi kebijakan
perusahaan tidak boleh terlalu kaku. Harus adil dan jelas. Ini harus mencakup
jam kerja, pakaian kerja, istirahat, liburan, dan lain sebagainya.
c.
Tunjangan, para karyawan harus diberikan rencana
perawtan kesehatan, manfaat bagi anggota keluarga, program bantuan karyawan dan
lain sebagainya.
d.
Kondisi fisik tempat kerja, kondisi tempat kerja harus
aman, bersih, higienis, peralatan kerja harus diperbaharui dan dilakukan
perawatan.
e.
Status, status karyawan dalam organisasi harus akrab
dan dipertahankan.
f.
Hubungan interpersonal, hubungan antar karyawan dengan
atasan dan bawahannya harus sesuai dan dapat diterima(harmonis),
seharusnya tidak ada konflik dan tidak ada penghinaan antar karyawan.
g.
Keamanan dalam bekerja, organisasi harus memberikan
keamanan setiap karyawan dalam melakukan tugas-tugasnya.
Ø
Faktor
motivasi, menurut herzbergs faktor higienis tidak dapat dianggap sebagai faktor
motivator. Faktor motivasi menghasilkan kekuatan positif, faktor-faktor ini
melekat untuk bekerja. Faktor ini memotivasi para karyawan untuk memberikan
kinerja yang optimal bagi organisasi.
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu
memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi
karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak
ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene.
Faktor Intrinsik meliputi :
a)
Pengakuan, para karyawan harus dipuji dan diakui untuk
prestasi mereka oleh manajer.
b)
Reward , bagi karyawan yang melampaui pencapaian dan
target dari tugas yang diberikan, maka manajer memberikan reward bagi mereka.
c)
Pertumbuhan dan ruang promosi, harus ada peluang
pertumbuhan dan kemajuan dalam sebuah organisasi guna memotivasi karyawan untuk
memberikan kinerja yang baik.
d)
Tanggung jawab, karyawan harus bertanggung jawab atas
tugas yang dimiliki, manajer harus memberikan mereka kepemilikan pekerjaan.
Mereka harus meminimkan kontrol tetapi mempertahankan akuntabilitas.
e)
Kebermaknaan pekerjaan, pekerjaan itu sendiri harus
bermakna, manarik dan menantang bagi karyawan untuk melakukan dan mendapatkan
motivasi.
f)
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti
membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi
yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor
ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator
Ø Kekurangan
dari teori dua faktor :
·
Teori dua faktor mengabaikan variabel situasional.
·
Herzbergs mengasumsikan hubungan antara kepuasan
dan produktivitas. Namun penelitian yang dilakukan Herzbergs menekankan pada
kepuasan dan mengabaikan produktivitas.
·
Keadaan teori tersebut tidak pasti. Analisi harus
dibuat oleh penilai. Para penilai dapat merusak temuan dengan menganalisi
respon yang sama dengan cara yang berbeda.
·
Tidak ada ukuran komprehensip kepuasan yang digunakan.
Seorang karyawan mungkin menemukan pekerjaannya dapat diterima meskipun fakta
bahwa ia mungkin membenci bagian dari pekerjaannya.
·
Teori ini mengabaikan pekerjaan kasar, meskipun
keterbatasan ini,
Ø
Menurut Fred luthans
(2005:283)
Teori Herzbeg berhubungan dekat dengan
hierarki kebtuhan maslow. Faktor higienis bersifah pencegah dan berhubungan
dengan lingkaran ilmiahdan faktor tersebut ekuivalen dengan kebutuhan tingkat
rendah maslow sedangkan faktor higienis mencegah ketidak puasan tetapi tidak
menyebabkan kepuasan akibatnyha faktor tersebut menaikkan motivasi sampai pada
tingkat nol teoritis dan sebagai landasan untuk mencegahketidak puasan dan
bertindak sebagai titik awal untuk motovasi
Teori dua faktor Herzberg ada 2 faktor
.Faktor higienis
|
motivator
|
Kebijakan dan admisnistrasi perusahaan
|
Prestasi
|
Pengawasan teknis
|
Penghargaan
|
Gaji
|
Pekerjaan itu sendiri
|
Hubungan antar pribadi penyedia
|
kemajuan
|
Kondisi kerja
|
Tanggung jawab
|
4.
Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan
kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a)
Selain teori Motivasi berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham Maslow teradapat pula teori motivasi yang
berdasarkan pada kebutuhan yang dicetuskan oleh McCleland. David Clarence
McClelland (1917-1998) merupakan doktor dalam bidang psikologi dari University
of Yale pada tahun 1941 dan menjadi profesor di Universitas Wesleyan.
McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian
berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode
penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide
nya telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat
dengan teori Frederick Herzberg. Menurut Mclelland, ada tiga hal yang melatar
belakangi motivasi seseorang yaitu David McClelland dikenal menjelaskan tiga
jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
motivasi untuk berprestasi motivasi untuk berkuasa, motivasi untuk
berafiliasi/bersahabat.
The Need for Achievement (Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian) Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.
The Need for Achievement (Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian) Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.
b)
The Need for Authority and Power –
Kebutuhan akan Kekuasaan
Kebutuhan ini oleh Robbins (2008, 223) dijelaskan sebagai kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga tidak akan bereprilaku sebaliknya. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Kekuasaan pribadi dapat berwujud seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial berupa kekuasaan yang dimiliki oleh sesorang untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
Kebutuhan ini oleh Robbins (2008, 223) dijelaskan sebagai kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga tidak akan bereprilaku sebaliknya. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Kekuasaan pribadi dapat berwujud seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial berupa kekuasaan yang dimiliki oleh sesorang untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
c)
he Need for Affiliation – Kebutuhan akan
Afiliasi / Keanggotaan
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. Kebutuhan akan afiliasi ini mendapatkan perhatian yang kecil dari para peneliti.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. Kebutuhan akan afiliasi ini mendapatkan perhatian yang kecil dari para peneliti.
d) Apa yang
tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu
. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah :
a. Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri
b. Harga diri
c. Harapan
pribadi
d. Kebutuhaan
e. Keinginan
f. Kepuasan
kerja
g. Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan
faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a.
Jenis dan sifat pekerjaan
b.
Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c.
Organisasi tempat bekerja
d.
Situasi lingkungan pada umumnya
e.
Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi memberikan peranan penting dalam produktivitas di dalam organisasi
dimana individu tersebut bekerja. Banyak
para ahli yang memberikan definisi mengenai motivasi berdasarkan sudut
pandangnya, salah satunya adalah stephen p.
robbins (2006:214) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menghasilkan
intensitas, arah dan ketekunan individual usaha untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi baik secara internal
maupun eksternal. Kemudian teori-teori
yang mendukung motivasi terbagi dua yaitu teori motivasi kepuasan dan teori
motivasi proses. Motivasi selain
berperan dalam meningkatkan produktivitas bagi organisasi, motivasi juga
memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan masukan yang berarti kepada
bawahan berkaitan dengan kinerja yang seharusnya diterapkan di suatu
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Setelah mempelajari pembahasan
motivasi pada bab sebelumnya, maka ada dua saran yang saya petik dalam makalah
ini diantaranya adalah yang pertama bagi pihak atasan dalam suatu organisasi
sebaiknya dapat memberikan apa yang seharusnya bawahan dapatkan, baik itu
informasi yang akurat, cepat dan tidak bertele-tele sehingga semangat kerja
bawahan tetap terjaga. Kedua, adalah
bagi pihak bawahan sebaiknya lebih memaksimalkan tugas pokok dan fungsi
kerjanya masing-masing supaya kinerja tersebut bisa mendapatkan predikat
memuaskan bagi para atasan.
Stephen
P Robbins –Timothy A Judge, 2007, Perilaku
Organisasi, Jakarta : Salemba Empat,
Luthans,
Fred, 2006, Perilaku Organisasi, edisi
sepuluh, Yogjakarta: Andi
Rivai,
Veithzal. 2005. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Angelo
kinicki, robert Kreitner, 2001. Perliaku
organisasi, organizational behavior, :jakarta, Salemba Empat/Humanika:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar